The Most/Recent Articles

Video Belajar Elektronika Dasar 004 Resistor 04



Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan sebuah video mengenai belajar elektronika dasar 004 resistor 04. Didalam video ini disajikan tentang macam-macam resistor.

Supaya lebih jelas dan gamblang dalam belajar elektronika silahkan simak video tutorial dibawah ini



Cara Mengukur Trafo dengan Multitester baik Analog maupun Digital

Multitester merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur komponen elektronika termasuk transformator atau trafo. Trafo atau transformator sendiri merupakan sebuah komponen elektronika yang berfungsi menaikturunkan tegangan bolak-balik atau tegangan AC dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Kita bisa menemukan komponen trafo di berbagai macam rangkaian elektronika mulai dari yang sederhana hingga yang rumit seperti rangkaian power supply, amplifier, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada kesempatan kali ini kita akan mengulas bagaimana cara mengukur trafo dengan menggunakan multimeter.

Cara Mengukur Trafo

Sebenarnya teknik untuk mengukur trafo ada beberapa macam dan semuanya bisa digunakan sesuai dengan selera. Namun tujuan pengukuran tetaplah satu, yakni untuk mengetahui apakah trafo dapat digunakan atau tidak. Selain itu pengukuran trafo juga bisa digunakan untuk mengetahui nilai tegangan (volt) dan arus (ampere).

Seperti yang kita tahu dalam sebuah trafo terdapat tiga bagian pokok. Bagian pertama adalah kumparan primer. Bagian kedua adalah kumparan sekunder. Dan bagian ketiga adalah inti. Akan tetapi ada beberapa trafo yang kumparan primernya menyatu dengan kumparan sekunder.

Yang terpenting antara kumpara primer, sekunder, dan inti tidak boleh berhubungan secara langsung. Tidak usah berlama-lama lagi, berikut step by step bagaimana cara mengukur trafo menggunakan multitester atau multimeter baik yang analog maupun digital.


  • Pertama-tama siapkan multimeter dan trafo yang hendak diukur
  • Setelah itu lakukan kalibrasi multimeter terlebih dahulu
  • Jika anda belum tahu cara kalibrasi, silahkan cari di Google
  • Untuk multimeter digital tidak perlu dilakukan kalibrasi
  • Apabila sudah selesai, putar selektor ke skala ohm x1 atau ohm x10
  • Hubungkan probe hitam pada tap O, dan probe merah pada tap primer (110 atau 220)
  • Amati display dan pastikan jarum menunjukkan angka tertentu seperti 100 ohm ataupun yang lainnya
  • Semakin besar trafo, maka nilai hambatan yang ditampilkan oleh display akan semakin kecil
  • Jika jarum pada multimeter tidak bergerak, maka dipastikan trafo rusak
  • Langkah selanjutnya hubungkan probe hitam dengan tap 0
  • Hubungkan probe merah dengan tap sekunder (6v, 9v, 12v, dan lain-lain)
  • Amati display apabila jarum menunjukkan nilai 5 hingga 20 omh, brarti trafo normal
  • Jika haruk tidak bergerak sama sekali, berarti trafo rusak
  • Untuk mengecek kebocoran trafo, hubungkan salah satu probe ke badan atau inti besi
  • Hubungkan probe yang lain ke kumparan primer atau sekunder
  • Jika trafo dalam kondisi baik, maka jaruk tidak akan bergerak
  • Dan jika jarum bergerak, maka trafo dalam kondisi bocor


Demikianlah sedikit informasi dari kami mengenai Cara Mengukur Trafo dengan Multitester baik Analog maupun Digital semoga bisa bermanfaat

Silicon Controlled Switch (SCS) : Pengertian dan Prinsip Kerjanya



Silicon Controlled Switch atau disingkat dengan SCS merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai pengendali atau sakelar (switch). Silicon Controlled Switch atau SCS ini termasuk anggota keluarga Thyristor dengan cara kerja yang hampir sama dengan SCR (Silicon Controlled Rectifier). 

Berbeda dengan SCR, Silicon Controlled Switches (SCS) memiliki 4 kaki terminal dan dirancang untuk dapat memutuskan arus listrik apabila kaki tambahannya yaitu kaki terminal Gerbang Anoda (Anode Gate) diberikan tegangan positif. Komponen SCS ini juga dapat dipicu untuk menghantarkan arus listrik apabila kaki Gerbang Anodanya ini diberikan tegangan negatif. Selain dari perbedaan pada fungsi kaki terminal Gerbang Anoda ini, semua cara kerjanya hampir sama dengan SCR yaitu dapat mengaktifkannya dengan memberikan tegangan positif pada kaki terminal Gate (Gerbang).

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Silicon Controlled Switch atau SCS ini memiliki 4 kaki terminal. Keempat kaki terminal tersebut adalah Katoda, Anoda, Gerbang dan Gerbang Anoda. Namun ada juga rangkaian ataupun produsen yang menyebutkannya berbeda, dimana Katoda (Cathode) akan disebut sebagai Emitor (Emitter), Gerbang (Gate) akan disebut sebagai Basis (Base) dan Gerbang Anoda (Anode Gate) akan disebut sebagai Kolektor.

Komponen Silicon Controlled Switches (SCS) ini pada umumnya digunakan pada rangkaian-rangkaian Elektronika seperti rangkaian counter, rangkaian pengendali lampu, rangkaian logika, rangkaian pengendali daya dan rangkaian-rangkaian lainnya yang memerlukan fungsi menghantarkan arus listrik (ON) dan memutuskan arus listrik (OFF) dengan dua pengendali Input yang berbeda.

Prinsip Kerja Silicon Controlled Switch (SCS)

Pada gambar dibawah ini menunjukan struktur dasar SCS dan rangkaian Ekuivalen SCS yang menggunakan dua transistor bipolar. Untuk mempermudah penjelasannya, mari kita melihat pada rangkaian ekuivalen SCS yang menggunakan dua transistor bipolar dibawah ini.


Saat tegangan positif diberikan ke terminal Gate (Gerbang), transistor NPN akan berubah menjadi ON sehingga arus listrik akan mengalir ke Basis transistor PNP dan mengakibatkan transistor NPN berubah menjadi ON juga. Dengan demikian, kedua transistor berada dalam kondisi ON sehingga dapat menghantarkan arus listrik dari Anoda ke Katoda (SCS berada dalam kondisi ON). Silicon Controlled Switch akan terus menghantarkan arus listrik (ON) hingga arus listrik mengalir dari Anoda ke Katoda tersebut diputuskan atau membalikan polaritas Anoda dan Katoda ataupun memberikan tegangan positif ke terminal Anode Gate (Gerbang Anoda) yang kemudian menyebabkan SCS berubah menjadi OFF.

Selain menggunakan Terminal Gate (Gerbang), kita juga dapat menggunakan Terminal Gerbang Anoda (Anode Gate) untuk memicu SCS menjadi ON yaitu dengan memberikan tegangan negatif pada Gerbang Anoda tersebut. Pada saat terminal Gerbang Anoda diberikan tegangan negatif, transistor PNP akan menjadi ON dan memberikan arus listrik ke transistor NPN sehingga transistor NPN ini juga berubah menjadi ON. Dengan demikian, perangkat SCS ini berada di kondisi ON dan dapat mengalirkan arus listrik dari Anoda ke Katoda. Untuk menonaktifkan SCS, kita perlu memutuskan arus listrik yang mengalir dari Anoda ke Katoda atau membalikan polaritas pada Anoda dan Katoda ataupun memberikan tegangan positif ke terminal Gerbang Anoda.

Mungkin sedikit info dari kami mengenai prinsip kerja Silicon Controlled Switch (SCS) dan pengertiannya semoga bisa bermanfaat.


Jenis Kabel Listrik dan Pengertiannya



Kita semua sudah barang tentu tidak asing lagi dengan kabel listrik, Kabel Listrik yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Cable adalah media untuk menghantarkan arus listrik yang terdiri dari Konduktor dan Isolator. 

Konduktor atau bahan penghantar listrik yang biasanya digunakan oleh Kabel Listrik adalah bahan Tembaga dan juga yang berbahan Aluminium meskipun ada juga yang menggunakan Silver (perak) dan emas sebagai bahan konduktornya namun bahan-bahan tersebut jarang digunakan karena harganya yang sangat mahal. 

Sedangkan Isolator atau bahan yang tidak/sulit menghantarkan arus listrik yang digunakan oleh Kabel Listrik adalah bahan Thermoplastik dan Thermosetting yaitu polymer (plastik dan rubber/karet) yang dibentuk dengan satu kali atau beberapa kali pemanasan dan pendinginan.
 
Kabel Listrik pada dasarnya merupakan sejumlah Wire (kawat) terisolator yang diikat bersama dan membentuk jalur transmisi multikonduktor. Dalam pemilihan kabel listrik, kita perlu memperhatikan beberapa faktor penting yaitu warna kabel listrik, label informasi dan aplikasinya. Informasi yang tercetak di kabel listrik merupakan informasi-informasi penting tentang kabel listrik yang bersangkutan sehingga kita dapat menyesuaikan kabel listrik tersebut dengan penggunaan kita. Informasi-informasi penting yang tercetak di kabel listrik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Ukuran Kabel (Cable Size), yaitu ukuran pada setiap individu wire yang terikat bersama pada kabel yang bersangkutan. Berdasarkan ukuran American Wire Gauge (AWG), Ukuran yang tercetak tersebut diantaranya seperti 8, 10, 12, 14, 16 dan lain-lainnya yang masing-masing angka tersebut mewakilkan diameter wire pada kabelnya. Makin besar angka tersebut makin kecil ukuran wire kabelnya. Sedangkan di Indonesia, kita biasanya menggunakan satuan mm2 seperti 1.5mm², 2.5mm², 4mm², 6 mm² dan seterusnya.
  • Tegangan nominal, yaitu tegangan operasional wire kabel yang bersangkutan seperti 450/750V yang artinya tegangan nominalnya adalah sekitar 450V hingga 750V.
  • Kode Bahan dan Jumlah Wire dalam Kabel, beberapa kode kabel yang sering kita jumpai diantaranya seperti NYA, NYAF, NGA, NYM, NYMHY, NYY, NYYHY dan lain-lainnya. Dari kode tersebut kita dapat mengetahui Bahan Konduktor dan Bahan Isolator yang digunakan serta jumlah wire konduktornya tunggal atau serabut (lebih dari satu).

Jenis-jenis Kabel Listrik

Berdasarkan bentuknya, kabel listrik ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini adalah jenis-jenis kabel listrik yang sering digunakan untuk menghantarkan arus listrik ataupun kabel-kabel listrik yang berfungsi untuk transmisi data.
  • Kabel Berpasangan (Paired Cable), yaitu kabel yang terbuat dari dua konduktor yang diisolasi secara individual. Kabel Berpasangan atau Paired Cable ini sering digunakan untuk arus listrik DC dan arus listrik AC yang berfrekuensi rendah.
  • Kabel Twin Lead, yaitu kabel yang terdiri dari dua konduktor dengan bentuk yang mirip dengan pita. Kabel Twin Lead ini biasanya digunakan sebagai media transmisi yang menghubungkan Antena dengan Receiver (perangkat penerima sinyal) seperti Radio ataupun Televisi. Kabel Twin Lead ini sering disebut juga dengan kabel 300Ω karena impedansinya adalah 300Ω.
  • Kabel Shielded Twin Lead, kabel jenis ini mirip dengan kabel berpasangan atau paired cable, namun pada bagian dalam kabel dikelilingi oleh lapisan logam tipis yang terhubung ke wire konduktor ground. Lapisan logam tipis ini berfungsi untuk melindungi kabel dari medan magnet atau untuk menghindari gangguan lainnya yang berpotensi menyebabkan sinyal Noise pada kabel yang bersangkutan.
  • Kabel Multi Konduktor (Multiple Conductor Cable), yaitu kabel yang terdiri dari sejumlah konduktor dengan bungkusan Isolator secara individual yang warna-warni. Kabel jenis ini biasanya digunakan di perangkat listrik rumah tangga ataupun instalasi listrik rumah.
  • Kabel Koaksial (Coaxial Cable), yaitu kabel yang digunakan untuk menghantarkan sinyal frekuensi tinggi. Kabel Koaksial memiliki dua konduktor yang mana satu konduktor berada di rongga luar mengelilingi satu konduktor tunggal yang dipisahkan oleh bahan Isolator. Kabel jenis ini memiliki impedansi transmisi yang konstan serta tidak menghasilkan medan magnet sehingga cocok untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi.
  • Kabel Pita (Ribbon), kabel jenis ini sering disebut juga dengan Kabel Pelangi dan biasanya digunakan pada aplikasi atau rangkaian elektronik yang memerlukan banyak kawat konduktor sebagai penghubung. Kabel Pita atau Ribbon yang memiliki fleksibilitas tinggi ini umumnya digunakan pada rangkaian yang memerlukan tegangan rendah terutama pada rangkaian sistem digital.
  • Kabel Serat optik (Fiber optic Cable), yaitu kabel yang terbuat dari serat kaca atau plastik halus yang dapat mentransmisikan sinyal cahaya dari satu tempat ke tempat lainnya. Sumber cahayanya dapat berupa sinar Laser ataupun sinar LED. Diameter kabel serat optik sekitar 120 mikrometer.
  • Kabel pasangan berpilin (Twisted pair cable), Twisted pair Cable pada dasarnya merupakan sepasang kabel tembaga yang diputar bersama-sama berbentuk spiral dan dibungkus dengan lapisan plastik. Twisted Pair Cable ini pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Kabel UTP (unshielded Twisted Pair) dan STP (Shielded Twisted Pair). Diameter Twisted Pair sekitar 0,4mm hingga 0,8mm.

Demikianlah uraian singkat dari kami mengenai pengertian dan jenis jenis dari kabel listrik semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.


Bagan atau Skema Rangkaian Elektronika Sirine Mobil

Kita semua tentu sudah sering kali mendengar suara sirine baik sirine mobil polisi, sirine ambulan, sirine patwal, sirine pemadam kebakaran, sirine motor touring, dan masih banyak lagi yang lain. Tapi pernahkah anda berfikir bagaimana cara membuat sirine tersebut?

Memang kita bisa membeli sirine siap pakai di toko-toko elektronik. Ada sirine model 3 suara, sirine 6 suara, dan sirine 9 suara. Jadi satu sirine tersebut dapat mengelurkan bermacam-macam jenis suara mulai dari wiuw wiuw, telolet, tot tot tot, dan beberapa jenis suara sirine lainnya. Harganya pun sangat beragam tergantung fitur yang ditawarkan.

Namun tak ada salahnya apabila kita mencoba membuat sirine sendiri menggunakan beberapa komponen elektronika sederhana yang bisa dengan mudah kita jumpai di pasaran. Hitung-titung lebih hemat biaya dibanding beli sirine siap jadi, sekaligus untuk mengasah skill kita dalam menjadi seorang teknisi elektronika.

Rangkaian Sirene Mobil ini merupakan rangkaian elektronika yang bisa digunakan untuk memberi peringatan/warning dengan cara mengeluarkan bunyi. Sirene mobil polisi memiliki suara yang khas. Dari kejauhan dan tanpa melihat pun orang akan segera tahu bahwa mobil yang akan melintas itu adalah mobil polisi. Sekarang sirene mobil polisi tidak monopoli milik polisi karena kita pun membuat membuat rangkaian yang bisa menghasilkan suara seperti sirene mobil polisi.
Rangkaian ini cukup simpel. Komponen-komponen yang diperlukan pun tidak begitu banyak dan mudah diperoleh di pasaran. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bisa he he he Rangkaian ini bisa juga dipakai sebagai bel pintu atau di kamar sebagai alarm. Desain kecil yang unik akan memungkinkan Anda untuk menyimpan rangkaian ini hampir di mana saja. Mengoperasikannya bisa dengan 6 V (kombinasi dari empat seri D, AAA atau baterai ukuran AA), 9 V baterai, dan baterai mobil 12 V. Rangkaian Sirene Mobil  ini dirancang untuk pemula maupun ahli.


Gambar Skema Rangkaian Sirene Mobil
Daftar komponen :

  • 2N3904 Transistor 1pc.
  • TIP30C Transistor 1pc.
  • 51k Ohms Resistor 2pc.
  • 1.5K Ohms Resistor 2pc.
  • 0.1Mf/25v Kapasitor 1pc.
  • 47Mf/25v Kapacitor 1pc.
  • 8 Ohms Speaker


Kami memilih transistor NPN 2N3904 untuk mendorong kekuatan transistor PNP TIP30C. 2N3904 adalah penguat umum dan saklar transistor yang membuatnya sempurna untuk Rangkaian Sirene Mobil Polisi ini. Penurunan volume dapat dilakukan dengan mudah dengan memperpendek resistor R1 1.5k ohm (coklat, hijau, merah).  

Ini akan mengurangi arus di dasar Q2. Akibatnya kekuatan untuk speaker akan menurun dari sekitar 5 sampai 6 W ke 200 sampai 300 mW. Untuk mengubah nada suara pun mudah dilakukan dengan mengurangi ukuran kapasitor elektrolit yaitu C2 = 22uF, 10uF atau 4.7uF.

Nah itulah sedikit informasi dari kami mengenai Bagan atau Skema Rangkaian Elektronika Sirine Mobil semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.





Video Belajar Elektronika Dasar 003 Resistor 03



Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan sebuah video mengenai belajar elektronika dasar 003 resistor 03. Didalam video ini disajikan praktek penyusunan resistor seri dan paralel menggunakan project board dan diukur menggunakan Multimeter.



Supaya lebih jelas dan gamblang dalam belajar elektronika silahkan simak video tutorial dibawah ini